Analis Dampak Perang Dagang Amerika Serikat – China – Kronologi, Dampak, dan Solusi


Analis Dampak Perang Dagang Amerika Serikat – Tiongkok – Kronologi, Dampak, dan Solusi


A) Kronologi
                Perang dagang antar Amerika Serikat dan China sudah terjadi lama, menurut CNBC Indonesia dimulai dari tahun 2016 dan semakin membesar dampaknya sampai saat ini bukan hanya kepada kedua negara tersebut, tetapi juga ke perdagangan dan perekonomian global, berikut rangkaian terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dan China.           


2 Mei 2016: Selama kampanye kepresidenan, Donald Trump membandingkan defisit perdagangan AS dengan China menyebutnya dengan istilah 'pencurian'.

28 Juni 2016: Trump membentangkan tujuh langkah perdagangan untuk mengembalikan pekerjaan Amerika, termasuk melabeli China sebagai manipulator mata uang pada hari pertama menjabat di Gedung Putih dan menggunakan "setiap kekuatan presidensial yang sah untuk memperbaiki perselisihan perdagangan". Taktik dagang itu termasuk penerapan tarif.

November 2016 - Januari 2017: Trump memenangkan pemilihan presiden AS, lalu memilih mereka yang terkenal dengan sebutan hawks (mereka yang senang menggunakan kekuatan politik ketimbang diskusi) untuk menempati posisi penting dalam perdagangan.


Peter Navarro, penulis 'Death by China', ditunjuk untuk menjabat sebagai pemimpin Dewan Perdagangan Nasional yang baru dibentuk.

Robert Lighthizer, yang sebelumnya menegosiasikan pembatasan impor baja dan merupakan wakil perdagangan AS selama pemerintahan Reagan, diangkat sebagai Perwakilan Perdagangan AS. 

7 April 2017: Presiden Tiongkok, Xi Jinping, bertemu dengan Trump di resor Mar-a-Lago di Florida. Pertemuan dua hari itu berakhir dengan bersahabat. Xi menyetujui rencana 100 hari untuk mengadakan pembicaraan perdagangan untuk meningkatkan ekspor AS dan mengurangi defisit dengan China, serta meningkatkan kerja sama dalam menekan ancaman nuklir Korea Utara. 

12 April 2017: Trump mengatakan kepada The Wall Street Journal dia tidak akan menyebut China sebagai manipulator mata uang dalam laporan yang akan dikeluarkan Departemen Keuangan.


AS menghukum ZTE
18 Agustus 2017: Atas arahan Trump, Perwakilan Perdagangan AS memulai penyelidikan 'Section 301' ke "tindakan, kebijakan, dan praktik China terkait transfer teknologi, kekayaan intelektual, dan inovasi".

8 Maret 2018: Trump menandatangani 25% tarif untuk baja dan 10% bea masuk atas aluminium, mengutip badan keamanan nasional. Kanada dan Meksiko awalnya dibebaskan.


22 Maret 2018: Sebagai hasil dari investigasi Section 301, Trump mengumumkan rencana untuk menerapkan tarif, penyelesaian sengketa Organisasi Perdagangan Dunia dan pembatasan investasi di China.




1 April 2018: China menaikkan tarif untuk produk daging babi dan skrap aluminium hingga 25%. Beijing juga memberlakukan tarif 15% untuk 120 komoditas AS lainnya, mulai dari almond hingga apel. Tarif itu berlaku minggu itu juga.

3 April 2018: Kantor Perwakilan Perdagangan AS merilis daftar tarif yang diusulkan untuk impor China senilai kira-kira US$50 miliar, termasuk produk yang digunakan untuk robotika, teknologi informasi, komunikasi, dan kedirgantaraan. Sekitar 1.300 lini produk akan diumumkan untuk mendapat tanggapan publik sebelum tarif diterapkan.

4 April 2018: Kementerian Perdagangan Tiongkok merilis daftar barang yang akan dikenai tarif, yang mencakup 106 produk AS, termasuk kacang kedelai, daging sapi, jagung, beberapa pesawat terbang, dan berbagai kendaraan. Tidak ada tanggal efektif untuk penerapan tarif, yang dirancang untuk dikenakan pada barang AS senilai US$50 miliar.

5 April 2018: Trump mengatakan dia telah meminta Perwakilan Perdagangan AS untuk mempertimbangkan tarif tambahan senilai US$100 miliar terhadap China.

6 April 2018: Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan jika AS menerapkan tarif tersebut, maka Beijing siap untuk membalas segera.

10 April 2018: China mengajukan keluhan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang tarif Trump untuk impor baja dan aluminium.

Pada hari yang sama, Xi berbicara tentang rencana China untuk meningkatkan impor, menurunkan tarif impor mobil, membuka industri jasa keuangannya untuk asing dan meningkatkan perlindungan kekayaan intelektual. Pidatonya di Forum Boao untuk Asia tidak secara langsung membahas sengketa perdagangan dengan AS dan tidak mencakup bidang baru reformasi.

Trump mengatakan dalam sebuah tweet dia 'sangat bersyukur' atas 'kata-kata ramah Xi tentang tarif dan hambatan mobil'.

16 April 2018: Departemen Perdagangan AS melarang raksasa peralatan telekomunikasi China, ZTE, membeli komponen AS selama tujuh tahun, mengatakan perusahaan telah melanggar kesepakatan yang dicapai atas pengiriman ilegal ke Iran dan Korea Utara. Perdagangan saham ZTE kemudian dihentikan di Hong Kong dan Shenzhen.


Perang dagang reda sementara
13 Mei 2018: Trump memposting di twitter bahwa dia dan Xi bekerja sama untuk membantu ZTE "kembali ke bisnis, secepatnya" karena ada "terlalu banyak pekerjaan di China yang hilang". Pada awal bulan, perusahaan mengatakan harus menghentikan operasi utamanya sebagai akibat dari tindakan AS.

18 Mei 2018: China mengumumkan akan mengakhiri penyelidikan anti-dumping terhadap impor sorgum AS. Sebelumnya pada hari itu, para pejabat AS yang akrab dengan pembicaraan perdagangan mengatakan Beijing menawarkan paket untuk mengurangi defisit perdagangan AS hingga US$200 miliar, menurut Reuters dan media lainnya.


Kementerian Luar Negeri China kemudian mengatakan bahwa laporan itu tidak benar. 




19 Mei 2018: Dalam pernyataan bersama, AS dan China setuju untuk meningkatkan ekspor pertanian dan energi Amerika Serikat dan meningkatkan barang dan layanan AS secara keseluruhan secara 'signifikan'. 

Menteri Keuangan, Steven Mnuchin; Sekretaris Perdagangan, Wilbur Ross; dan Perwakilan Perdagangan AS, Robert Lighthizer; memimpin delegasi yang bertemu di Washington, D.C., dengan China, yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Negara, Liu He.

20 Mei 2018: Perang dagang 'ditangguhkan sementara', Mnuchin mengatakan hal itu kepada 'Fox News Sunday'. "Kami telah sepakat untuk menunda tarif, sembari mencoba mengeksekusi kerangka kerja," katanya.

22 Mei 2018: China mengatakan akan menurunkan tarif impor mobil hingga 15%, dari 25%. Tarif baru akan berlaku mulai 1 Juli. Tetapi pada hari yang sama Trump mengatakan dia 'tidak puas' dengan pembicaraan perdagangan dengan China minggu lalu dan bahwa negosiasi itu hanyalah 'awal'.

23 Mei 2018: Trump men-tweet bahwa pembicaraan perdagangan dengan Cnina mungkin harus mengarah ke arah yang baru untuk mendekati resolusi.

29 Mei 2018: Trump, dalam sebuah pernyataan di situs Gedung Putih AS, mengatakan akan menambahkan tarif 25% pada impor China senilai US$50 miliar, menyoroti produk yang terkait dengan program 'Made in China 2025'. Daftar akhir tarif ditetapkan dirilis pada 15 Juni.

31 Mei 2018: Menjelang kunjungan Sekretaris Perdagangan Wilbur Ross, China mengumumkan akan memotong tarif pada 1 Juli untuk 1.449 lini produk. Tetapi sebagian besar item itu tidak relevan untuk berdagang dengan AS, kata analis kepada The New York Times.


Perang dagang kembali membara
4 Juni 2018: Wilbur Ross mengakhiri pertemuan di Beijing tanpa perjanjian khusus tentang perdagangan. Kedua pihak berbicara secara umum tentang mengurangi defisit AS dengan meningkatkan pasokan produk pertanian dan energi ke China, menurut pernyataan Gedung Putih.

Beijing bersedia meningkatkan impor dari AS dan negara-negara lain, tetapi semua hasil negosiasi perdagangan tidak akan berlaku jika AS memberlakukan tarif, menurut pernyataan dari pihak China yang diterbitkan oleh surat kabar Xinhua yang dikelola negara.


6 Juni 2018: Perwakilan China mengusulkan proposal paket senilai hampir US$70 miliar dalam pembelian tahun pertama, jika administrasi Trump batal menerapkan tarif, The Wall Street Journal melaporkan, mengutip sumber. Proposal itu termasuk peningkatan pembelian kedelai, jagung, gas alam, minyak
mentah dan batu bara China.




7 Juni 2018: ZTE menyelesaikan masalahnya dengan AS, membayar hingga US$1,4 miliar karena melanggar perjanjian Maret 2017. Hingga pembayaran dilakukan, perusahaan peralatan telekomunikasi China tetap dilarang membeli komponen dari perusahaan AS.

12 Juni 2018: Saham ZTE anjlok lebih dari 40% di bursa Hong Kong setelah diperdagangankn kembali setelah berhenti hampir dua bulan.

15 Juni 2018: Kantor Perwakilan Perdagangan AS merilis daftar 1.102 barang impor China senilai sekitar US$50 miliar. Tarif 25% untuk 818 barang-barang ini, senilai sekitar US$34 miliar, akan berlaku mulai 6 Juli. 

284 produk lainnya, bernilai sekitar US$16 miliar, akan menjalani proses uji publik sebelum keputusan akhir untuk menetapkannya. 

China menanggapi dengan membuat daftar 545 impor AS senilai kira-kira US$34 miliar yang akan dikenakan tarif 25% mulai 6 Juli. Produk-produk ini termasuk kacang kedelai, kendaraan listrik, berbagai kendaraan listrik hibrida dan berbagai makanan laut. Pesawat tidak ada dalam daftar.

Beijing juga mengatakan akan memberlakukan tarif tambahan pada 114 barang AS termasuk alat pencitraan resonansi minyak, dan diesel dan magnetik. Secara keseluruhan, kedua daftar tersebut mencakup 659 barang AS, senilai US$50 miliar.

18 Juni 2018: Senat AS meloloskan RUU pendanaan militer dengan ketentuan yang memberlakukan kembali larangan pembelian komponen ZTE dari perusahaan AS. Versi RUU Dewan Perwakilan Rakyat, yang disahkan pada bulan Mei, tidak termasuk ketentuan ZTE. Saat sebuah komite tengah menyelesaikan perbedaan, Gedung Putih masih bisa mendorong perubahan.

Di malam hari, Trump mengatakan dia telah mengarahkan Perwakilan Perdagangan AS untuk mengidentifikasi barang-barang China senilai US$200 milyar untuk dikenakan tarif tambahan 10%. Tarif ini akan berlaku jika China tidak mengubah praktiknya dan menerapkan tarif yang diumumkannya, menurut pernyataan di situs Gedung Putih. 

Kementerian Perdagangan China mengatakan AS 'telah memulai perang dagang' dan China akan melindungi kepentingannya.



B) Dampak

            Kesimpulan dari kronologi diatas kedua negara ini saling membutuhkan dalam beberapa komiditi tertentu. Amerika Serikat menetapkan kebijakan tarif terhadap produk – produk impor yang berasal dari China, dimana nilai tarif impor senilai 60 miliar US Dollar atau sekitar 824 Triliun Rupiah, hal tersebut tentu saja membuat China melakukan hal serupa terhadap produk impor dari Amerika Serikat yakni sekitar 3 miliar US Dollar. Dan dengan adanya perang dagang antar kedua negara ekonomi terbesar ini membuat salah satu komoditi penting tersebut tidak dipenuhi maka akan timbul gejolak dalam negara tersebut, dan dampak lain yang timbul dari Amerika Serikat maupun China adalah semakin banyaknya produk yang diproduksi, namun permintaan dari negara lain semakin berkurang, hal ini menambah persoalan baru pada kedua negara tersebut, sehingga satu – satunya solusi kedua negara tersebut mencari negara lain yang memiliki potensi yang baik dan bagus, dan umumnya yang terkena dampak adalah negara – negara berkembang dengan nilai impor yang besar, salah satunya Indonesia.
           
            Sehingga jika negara – negara yang menjadi sasaran pasar kedua negara tersebut jika tidak adanya kebijakan dari negara tersebut, maka produk impor tersebut akan membajiri negara tersebut. Dan ini menimbulkan gejolak lain didalam negeri pengimpor tersebut, seperti mulai kalahnya daya saing produk dalam negeri. Berikut kesimpulannya

            Disini saya ingin memberi pendapat mengenai dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China tersebut menurut pendapat saya.

1) Dampak Positif
·        Kemungkinan adanya negara – negara berkembang seperti Indonesia ini memiliki peluang ekspor ke kedua negara tersebut dikarenakan biasanya Amerika menginmpor baja dari china, dan karena adanya tarif impor tersebut negara – negara pengekspor baja akan ekspor komoditi tersebut ke Amerika karena tarif impor yang dikenakan lebih murah disbanding tariff impor impor yang dikenakan ke china.
·        Dan karena kedua negara tersebut memiliki jumlah produksi yang tinggi dan permintaan menurun, sehingga mereka mencari pasar ke negara – negara lain yang tariff impornya lebih murah. Dampak positifnya yaitu harga – harga barang dari kedua negara tersebut menjadi lebih murah karena terjadi kelebihan produksi
·        Dengan diberlakukan tarif impor tersebut akan menekan ongkos produksi untuk  produk produk buatan china. Sehingga, diharapkan arus investasi dapat mengalir ke negara – negara yang dianggap aman seperti Indonesia.

2) Dampak Negatif
·        Komoditi – komoditi dari kedua negara tersebut yang kelebihan produksi akan mencari pasar baru terutama negara dengan nilai impor tinggi seperti Indonesia akan membuat komoditi – komoditi tersebut membanjiri negara pengimpor tersebut
·        Kalahnya daya saing produk – produk nasional karena membanjirnya produk – produk dari kedua negara tersebut.
·        Jika Amerika Serikat menambah perluasan perang ini, dan menaikan tarif impor bukan hanya dengan china saja, Indonesia akan terkena dampaknya karena akan dibebankan biaya tarif impor yang tinggi juga karena Indonesia juga mengekspor produk – produk ke Amerika Serikat.

C) Solusi
           
Solusi dari dampak – dampak yang terjadi akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China ini, sebagai berikut.
1)     Membuat kebijakan – kebijakan yang dapat mengawasi dan menjaga perekonomian suatu negara, sehingga terdapat keseimbangan antara produk impor , lokal , dan kegiatan ekspor yang dilakukan oleh suatu negara.
2)     Meningkatkan produksi – produksi dalam negeri agar tidak kalah saing dengan produk – produk impor. Sehingga kita tidak bergantung kepada negara – negara pengekspor
3)     Jika perang dagang semakin luas, Indonesia akan terkena dampak yang besar juga mengenai barang yang akan diekspor ke kedua negara tersebut. Sehingga Indonesia juga harus pintar mencari pasar baru untuk produk produk yang akan diekspor selain ke kedua negara tersebut.
               

Referensi :








Comments

Popular posts from this blog

Marketing Mix 5P dan 7P - Definisi dan Perbedaan

Sistem Produksi Kecap bango

Rasio Keuangan - Definisi dan Jenis - Jenis